Gunung Lawu yang berada di perbatasan Jawa Tengah dan Jawa Timur masih menjadi salah satu gunung populer bagi pencinta alam khususnya di wilayah kedua propinsi ini. Alam yang indah dan masih terjaga kelestariannya dengan baik menjadi daya tarik bagi siapapun untuk mengunjungi gunung Lawu. Gunung Lawu mempunyai ketinggian 3.265 mdpl, lebih tepatnya berada di dua Kabupaten yaitu Kabupaten Karanganyar yang secara administratif masuk dalam wilayah propinsi Jawa Tengah, dan Kabupaten Magetan yang masuk dalam wilayah propinsi Jawa Timur. Gunung Lawu akan sangat ramai dikunjungi oleh para pencinta alam dan pendaki pada saat weekend mulai hari Jum'at sampai dengan hari minggu, bahkan pada saat-saat tertentu seperti malam Suro atau 1 Muharam dalam penanggalan Islam gunung ini akan dikunjungi ribuan orang, karena Gunung Lawu dipercaya mempunyai energi positif yang berguna sebagai tempat meditasi atau mendekatkan diri kepada Sang Pencipta, terutama bagi masyarakat Jawa.
Pendakian ke Gunung Lawu secara umum bisa ditempuh melalui dua jalur, yakni jalur Cemoro Sewu yang masuk kedalam wilayah propinsi Jawa Timur, dan jalur Cemoro Kandang yang berada di propinsi Jawa Tengah. Kedua pintu masuk antara jalur Cemoro Sewu di Jawa Timur dan jalur Cemoro Kandang di Jawa Tengah hanya berjarak kurang lebih 150 meter, namun ada perbedaan dalam menempuhnya. Jalur di Cemoro Sewu akan lebih menanjak atau ngetreck sehingga bisa lebih singkat mencapai puncak dibandingkan dengan jalur dari Cemoro Kandang yang lebih landai dan memutar seperti spiral. Dari kedua jalur baik Cemoro Sewu dan Cemoro Kandang, pendakian yang kita lakukan untuk mencapai puncak gunung yang dikenal dengan nama Hargo Dumilah akan dapat kita saksikan tempat-tempat yang indah seperti Telaga Sarangan di kejahuan, atau gugusan gunung-gunung lain disekitar gunung Lawu. Satu tempat sebelum puncak Hargo Dumilah, yaitu Hargo Dalem dikenal sebagai tempat peristirahatan para pendaki atau peziarah yang mengunjungi gunung Lawu, ditempat ini terdapat warung-warung yang menjajakan makanan dan minuman, serta tempat beristirahat bagi pendaki dan peziarah yang tidak membawa perlengkapan tenda.
Gunung Lawu mempunyai keindahan yang menawan terutama saat cuaca sedang cerah, dari atas puncak Lawu atau Hargo Dumilah dapat kita saksikan gugusan gunung-gunung yang berada disekitar gunung Lawu, rangkaian awan yang tidak terputus sehingga kita berasa berada di negeri diatas awan, sungguh pemandangan yang indah dan tidak tidak tergantikan membuat lelah dan letih selama perjalanan hilang seketika. Siapapun yang pernah mengunjungi gunung Lawu akan kagum melihat keindahan alamnya terutama dari puncak Lawu Hargo Dumilah. Namun tahukah sobat traveler sekalian, selain mempunyai keindahan yang menawan gunung Lawu juga menyimpang legenda yang sampai saat ini tetap hidup terutama bagi masyarakat Jawa. Legenda gunung Lawu seakan juga menjadi magnit bagi siapapun untuk berkunjung ke gunung yang juga dikenal mempunyai kisah-kisah mistis oleh masyarakat sekitar dan para pendaki yang pernah mengunjunginya.
Legenda Gunung Lawu
Sedikit bercerita mengenai legenda gunung Lawu, konon pada masa akhir pemerintahan Kerajaan Majapahit (pada 1.400 M), dibawah pemerintahan Raja Sinuwun Bumi Nata Bhrawijaya Ingkang Jumeneng Kaping 5 atau Pamungkas mempunyai 2 permaisuri yang cantik, Dara Petak yang mempunyai Putra Raden Fatah, dan Dara Jingga yang berputera Pangeran Katong. Setelah dewasa Raden Fatah memeluk Islam sehingga mempunyai perbedaan keyakinan dengan ayahandanya yang beragama Budha. Raden Fatah kemudian mendirikan Kerajaan Demak yang berpusat di Glagah Wangi atau Alun-Alun Demak. Mengetahui kondisi tersebut membuat hati Prabu Bhrawijaya masgul, namun sebagai seorang yang bijak dan berilmu tinggi Prabu Bhrawijaya tidak mau salah langkah, beliau bersemedi mendekatkan diri pada Sang Pencipta, hingga pada akhirnya memperoleh sebuah pertanda bahwa kejayaan kerajaan Majapahit akan segera berakhir, dan wahyu kedaton akan pindah ke Demak. Setelah memperoleh pertanda tersebut Prabu Bhrawijaya mengundurkan diri dari hiruk pikuk dunia, ditemani seorang abdi yang setia bernama Sabdopalon, Prabu Bhrawijaya melalang buana sampai akhirnya tiba di puncak gunung Lawu. Sebelum sampai puncak Prabu bertemu dengan dua abdinya yang setia yakni Dipa Menggala dan Wangsa Menggala yang menemani sang Prabu sampai Puncak Hargo Dalem. Niat Prabu Bhrawijaya sudah bulat, meninggalkan hiruk pikuk dunia ramai untuk menyatu dengan Sang Penciptanya, dengan kata lain Mukso atau menghilang tanpa jejak karena tingginya ilmu yang dimiliki. Sebelum benar-benar Mukso Prabu Bhrawijaya bertitah kepada Dipa Menggala karena kesetiaanya beliau mengangkat Dipa Menggala sebagai penguasa gunung Lawu bergelar Sunan Lawu yang membawahi semua makluk ghoib dengan kekuasaan hingga ke barat gunung Merapi, Merbabu, ke timur gunung Wilis dan ke Selatan hingga pantai Selatan, sedang ke utara sampai dengan pantai utara. Dan Wangsa Menggala diangakat sebagai patih bergelar Kyai Jalak. Sabdopalon sebagai salah satu abdi yang setia merasa sedih, beliau memohon ijin untuk meninggalkan Prabu Bhrawijaya dan menuju ke puncak Hargo Dumiling, sehingga sampai saat ini Hargo Dalem dipercaya sebagai tempat peristirahatan terakhir atau Muksonya Prabu Bhrawijaya, dan Harga Dumilah sebagai tempat terakhir atau Mukso abdi setia Sabdopalon.
Sampai saat ini dua abdi setia Prabu Bhrawijaya, Dipa Menggala dan Wangsa Menggala karena kesaktian ilmunya mampu menjadi makluk ghoib dan dipercaya masih melaksanakan tugas yang diembannya untuk tetap menjaga alam di gunung Lawu dan area disekitarnya, Wuallahualam Bisowab, semua bergantung kepada bagaimana anda menyikapinya :) Salam Lestari Indonesiaku!!
0 Response to "Keindahan Dan Legenda Gunung Lawu"
Posting Komentar