Jolotundo atau lebih dikenal dengan Petirtaan Jolotundo adalah salah satu bangunan peninggalan kerajaan Majapahit, dibangun tahun 997 M oleh Raja Bali Udhayana sebagai persembahan rasa cinta atas kelahiran putranya Airlangga buah pernikahan dengan Putri Guna Priya Dharma dari Jawa, yang sampai sekarang masih terjaga dan terawat kelestariannya. Petirtaan Jolutundo bagi sebagian masyarakat, khususnya masyarakat Jawa masih dianggap sebagai tempat yang sakral dan mempunyai keistimewaan tersendiri.
Di hari-hari tertentu seperti malam 1 Suro dalam penanggalan Jawa, atau malam 1 Muharrom dalam penanggalan Masehi, Petirtaan Jolotundo sangat ramai dikunjungi. Para pengunjung dari berbagai kalangan, mulai tua, muda, anak-anak dan wanita semua datang mengunjungi Petirtaan Jolotundo dengan berbagai tujuan, diantaranya melakukan ritual mandi untuk membersihkan diri dari “sengkolo” atau dalam bahasa Indonesia bencana atau kemalangan dalam menjalani kehidupan setahun kedepan, tentunya dengan berbagai ritual dan kebiasaan masing-masing individu yang mempercayainya. Petirtaan Jolotundo dikenal mempunyai kualitas air yang bagus, karena kandungan mineralnya yang tinggi dan merupakan kualitas air terbaik kedua di dunia setelah air Zam-zam di Mekah, keistimewaan lainnya dari Petirtaan Jolotundo debit airnya juga tidak pernah berkurang atau surut meski di musim kemarau sekali pun.
Menurut kebiasaan yang sering terjadi, pengunjung akan terus berdatangan untuk memperingati rangkaian acara di bulan Suro ini, mulai tanggal 1 Suro, 10 Suro, 15 Suro atau sampai penanggalan bulan Suro ini berakhir. Tentunya dengan berbagai tujuan dan kepentingan masing-masing, semua tergantung kepada kita dalam menyikapinya. Dengan semakin dikenalnya Petirtaaan Jolotundo sebagai salah satu tujuan wisata budaya dan wisata religi, pemerintah melalui dinas-dinas terkait dilingkup pemerintahan Kabupaten Mojokerto memberikan perhatiannya dengan membangun berbagai fasilitas, mulai perbaikan akses jalan menuju Jolutundo, memperbaiki fasilitas yang telah ada sebelumnya, misalnya sarana MCK, atau menata kembali beberapa warung-warung yang telah ada di sekitar areal Petirtaan ini, serta membangun areal parkir yang luas untuk menampung luberan pengunjung untuk acara-acara tertentu seperti Suroan dan sebagainya.
Nusantara kita memang begitu kaya akan keindahan alam dan khasanah kebudayaan yang harus tetap kita jaga kelestariannya, bukan demi kita tapi demi anak cucu kita. Untuk itu mari bersama-sama menjaga semua warisan dari bumi tercinta kita Indonesia.
0 Response to "Wisata Budaya dan Malam 1 SURO di Petirtaan Jolotundo"
Posting Komentar