Menikmati dinginnya malam dan indahnya matahari terbit di gunung adalah momen yang tidak akan terlupakan, begitu juga dengan perjalanan kami kali ini. Setelah sekian lama tidak melakukan aktifitas outdoor, akhirnya setelah melalui perencanaan yang sedikit mepet kami berhasil melepaskan hasrat kangen kami untuk bercumbu dengan alam :). Trip kali ini adalah mengulangi memori 13 tahun silam, dimana dulu kita pernah bersama teman-teman satu kampus menggapai puncak gunung Penanggungan, cuman bedanya kali ini saya hanya melakukan pendakian dengan satu teman kampus, bukan teman-teman satu kampus seperti dulu lagi. Biasa alasannya klasik, kesibukan menjadi hambatan yang sering kami temukan disaat keinginan untuk mengulang memori perjalanan pendakian kami ajukan ke teman-teman seperjuangan dulu. Ya sudahlah, kita sudah berusaha mengundang teman-teman untuk ikut serta dalam pendakian kali ini, tapi yang ikut serta tetap dua orang, saya sendiri Wahyudi Nugroho dan teman satu kampus dan sahabat saya Mochamad Imzak. Baca juga Save Penanggungan Save Our Culture
Jam menunjukkan pukul tiga sore, namun persiapan yang kami lakukan masih belum juga kelar, masih ada beberapa item perlengkapan yang belum bisa masuk kedalam carier yang kita punya, karena muatannya sudah full atau cariernya yg terlalu kecil ya, hehehe. Akhirnya muncul ide dari sahabat saya untuk membeli tambahan perlengkapan, meskipun sebenarnya kalau di tata lagi masih bisa muat kedalam carier kami. Pukul setengah empat sore kami baru berangkat dari base camp dan harus berkeliling dahulu membeli perlengkapan tambahan tadi, berupa carier plus sepatu trekking baru :). Jam tujuh malam kita baru sampai di sebuah warung dekat lokasi pendakian gunung Penanggungan, semua kondisinya sudah berubah, saat ini terdapat sebuah pos yang dibangun secara swadaya oleh pemuda lokal untuk dijadikan pos perijinan dan tidak kita duga sebelumnya yang mau naik gunung Penanggungan ramai sekali malam itu. Setelah mengisi perut dan menata kembali barang bawaan dan mengurus perijinan, kami memulai perjalanan mulai jam Sembilan malam.
Trek jalan yang berbatu dan kondisi fisik yang tidak sefit dulu membuat nafas terengal-engal, karena teman satu perjalanan ngebut :). Hampir satu jam lebih perjalanan melewati jalanan berbatu, kini perjalanan mulai memasuki kawasan hutan yang ditumbuhi pohon mahoni, meskipun tidak selebat dahulu. Medan yang licin karena sedikit gerimis harus membuat kami ekstra hati-hati agar tidak terpeleset dari jalan setapak. Semakin tinggi keatas, jalanan semakin menyempit dan tumbuhan yang ada juga semakin jarang. Setelah hampir tiga jam berjalan, dan susah payah melewati jalan setapak yang kecil akhirnya kami sampai di puncak bayangan gunung Penanggungan. Di area ini ternyata sudah banyak pendaki yang datang dan mendirikan tenda untuk beristirahat. Pemandangan dari tempat ini bagus sekali, kerlap-kerlip lampu perkotaan di bawah kota sekitar Penanggungan membuat kami lega bisa sampai di sini kembali dan meyaksikan semua keindahan ini meskipun kabut malam seringkali datang, menghalangi pandangan. Kami pun beristirahan dan membangun tenda, meskipun sedikit kesulitan mencari tempat karena hampir semua sisi di puncak bayangan ini sudah penuh dengan tenda-tenda pendaki lain. Di peristirahatan kami hanya membuat minuman hangat dan menyantap bekal yang kami bawa dari rumah, roti dan cemilan lainnya.
Kami berencana meneruskan pendakian ke puncak Penanggungan di jam tiga pagi, dinginnya udara membuat kami menghentikan percakapan yang diselingi canda tawa mengingat bahwa 13 tahun yang lalu pernah kesini bersama rombongan. Kami pun beristirahat untuk mengumpulkan energi demi perjalanan kami esok hari menggapai puncak penanggungan.
Suara gaduh membangunkan kami dari tidur lelap, ternyata ada beberapa rombongan lain yang baru sampai di puncak bayangan ini, jam tangan menunjukkan telah pukul dua dini hari, namun kami sudah tidak bisa terlelap lagi. Pukul tiga kami bangun dan sudah sempat berencana mau berkemas, namun rupanya cuaca di luar tidak mendukung, karena sedang gerimis, kami urungkan niat untuk berkemas, dan masih berada dalam tenda, rupanya waktu menunggu kami sempat terlelap tidur kembali sampai pukul lima pagi. Kami keluar tenda dan berunding, akhirnya di capai kesepakatan bahwa hanya satu dari kami yang akan naik ke puncak Penanggungan, dan sahabat saya mengajukan diri menjadi orang tersebut, karena memang 13 tahun yang lalu, dia belum menjejakkan kaki di puncak karena faktor sakit.
Pukul enam pagi, sahabat saya mulai melakukan perjalanan menggapai puncak Penanggungan. Nampak sekali dia begitu bersemangat, trek yang semakin menanjak bukan menjadi halangan bagi dia untuk menuju puncak. Semakin lama nampak semakin kecil terlihat, karena dia berjalan cepat sekali mungkin untuk mengejar waktu. Dari puncak bayangan ke puncak Penanggungan jalur yang di lewati terlihat jelas, sehingga kita bisa menyaksikan perjalanan seseorang dari bawah. Tepat pukul tujuh kurang seperempat, teman yang melakukan perjalanan ke puncak, mengabari melalui ponsel yang kebetulan ada sinyal, bahwa dia sudah berada di puncak, Alhamdulillah kabarnya dari atas, setelah 13 tahun menunggu akhirnya hari ini saya bisa sampai di puncak Penanggungan, senang dan lega banget bisa mengantarkan seorang sahabat dengan penantian yang begitu lama dan bisa berhasil.
Terima kasih kami ucapkan kepada Allah SWT yang selalu memberikan kesehatan kepada kami semua keluarga besar ARWANA, istiku tercinta yang telah berkenan memberikan ijin dan dukungannya..I love you istriku dan alumni UHT’96, Sahabat saya Mochamad Imzak dan keluarga, serta teman-teman yang tidak mungkin kami sebutkan satu persatu. Tetaplah kompak, dan mari kita lestarikan alam kita, bukan demi kita tapi demi anak cucu kita.
0 Response to "My Trip my Experience"
Posting Komentar